BolaMilenia.com – Popularitas Nathan Tjoe-A-On meningkat pesat sejak dia membela timnas Indonesia di panggung internasional. Dia sadar, situasi itu berpotensi memicu star syndrome. Akan tetapi, Nathan mengaku punya cara mengatasinya.
Lahir di Rotterdam, Belanda, pada 22 Desember 2001, Nathan bertekad selalu memberikan yang terbaik untuk Indonesia pada setiap penampilannya. Dia pun merasa bangga bisa menjadi bagian dari skuad Garuda.
Sejak berseragam timnas Indonesia, jumlah penggemar Nathan meningkat pesat. Tak cuma di media sosial, pun dunia nyata. Hal itu dikhawatirkan memicu Star syndrome yang menjadi momok bagi banyak pesepak bola muda di seluruh dunia, tak terkecuali para bintang muda Indonesia.
Hanya yang memiliki mentalitas baja yang bisa menghadapi dukungan sekaligus tekanan yang dihadirkan para penggemar. Nathan tahu betul betapa pentingnya memiliki sikap yang benar dalam hal ini agar tidak mengalami kejatuhan.
“Ketika Anda tampil bagus bersama tim nasional, orang-orang memunculkan ekspektasi, tapi kami harus tetap fokus, tidak boleh terpengaruh dengan apa yang ada di media dan sebagainya,” ujar Nathan, dilansir dari FIFA.com.
“Kami tahu ke mana tujuan kami berasal, tahu apa yang bisa kami lakukan dan kami percaya pada diri kami sendiri. Kami berbicara satu sama lain untuk menciptakan suasana terbaik dalam tim. Membuat semua orang merasa nyaman dan semua orang saling percaya dan ingin berjuang untuk satu sama lain. Saya pikir itulah cara kami mengelola situasi ini dan itulah mengapa kami bisa tampil sebaik mungkin sebagai sebuah tim. Sebagai pemain karena jika Anda merasa percaya diri dengan situasi tersebut, maka Anda akan bisa menampilkan performa,” urainya menambahkan.
Perjalanannya masih dalam tahap awal, namun pengaruhnya terhadap sepak bola Indonesia sudah tidak terbantahkan lagi. Saat negara ini terus menatap ke depan dengan penuh optimisme, Nathan Tjoe-A-On siap menjadi salah satu bagian dari pemimpin generasi untuk mencatat sejarah baru.
Nathan Tjoe-A-On Terinspirasi Sejumlah Idola
“Tentu saja, (tujuan kami) adalah mencapai Piala Dunia bersama tim nasional. Mencetak lebih banyak sejarah bersama tim nasional dan apa yang telah kami lakukan merupakan perasaan yang luar biasa,” terangnya.
“Secara pribadi, saya ingin terus berkembang, mengetahui sampai ke level mana yang bisa saya capai. Saya pikir saya berkembang dengan baik di tim nasional, juga waktunya menunjukkan hal ini di klub. Berkembang di sana dan untuk menjadikan diri saya pemain terbaik yang bisa saya lakukan,” tambah dia.
Terkait idola atau role model, Nathan mengaku punya sejumlah nama yang diikuti. Mereka itu yang akhirnya memotivasi Nathan untuk tampil maksimal demi bisa menapaki jejak sang idola.
“Ada pemain-pemain yang saya sukai, yang ingin saya jadikan panutan ketika saya masih muda, namun mereka tidak bermain di posisi saya seperti Lionel Messi. Saya suka menonton pemain yang bermain di posisi saya, terutama di sepak bola Liga Champions, suka Alphonso Davies, (Theo) Hernandez dari AC Milan. Mereka pemain yang cepat, bermain seperti gaya sepak bola baru dengan banyak kekuatan, banyak kondisi. Mereka seperti atlet sungguhan,” jelas Nathan.
“Jadi, hal semacam itu memengaruhi saya untuk ke mana harus mengembangkan tubuh ini secara mental dan fisik. Dan, insiprasinya tidak terbatas dari apa yang ada di lapangan hijau, tapi kecintaannya pada keluarga adalah kunci lain yang membuat kariernya berkembang sampai ke tahap sekarang ini,” tutup Nathan Tjoe-A-On.